TROTOAR.ID, MAKASSAR — Keberhasilan Kolom Kosong (KoKo) dalam menumbangkan ambisi pasangan calon tunggal usungan 10 partai politik Munafri Arifuddin-Andi Rachmatika Dewi untuk memimpin Kota Makassar, bukti jika kerja partai pengusung tidak maksimalnya dalam mengawal komitmen untuk pilkada Makassar
Pengamat politik Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar (UINAM) Firdaus Muhammad, meniali dukungan 10 Parpol tidak mampu merealisasikan harapan dan targey kemenangan.
“Kekalahan yang dialami APPI-CICU sebaga jawaban bila tidak maksimalnya partai pengusung dalam megawal kemenangan pasangan calon tunggal di Makassar,” Ungkap Firdaus Muhammad.
Baca Juga :
Secara politik, dia melihat kerja partai dalam menkampanyekan pasangan calon tunggal di Makassar tidak dilakukan secara masif dan sepenuh hati, apa lagi banyak kader partai yang mengalihkan dukungannya.
Bukan itu saja, pola komunikasi politik partai pengusung APPI-CICU ke masyarakat tidak mampu meyakinkan keinginan Paslon ke masyarakat, dan ini membuktikan bila keseriusan parpol dalam mengawal kemenangan, ditambah lagi tidak maksimalnya mesin politik dalam memenangkan pasangan yang di usungnya.
“Kekalahan ini seharusnya di tanyakan kepada partai pengusung, mengapa kekalahan APPI-CICU bisa terjadi, dimana kerja mesin politik partai pengusung,” Ungkap Firdaus.
Diketahui kekuatan politik yang di miliki pasangan tunggal APPI-CICU dianggap cukup mempuni untuk memenangkan pilkada, megingat dukunga 43 kursi di parlemen, dengan kekuatan 10 partai sebagai acuan
mampu megawal kemenangan tersebut, namun faktanya justru terbalik.
Bahkan lebih jauh dia meyampaikan, kekalahan yang dialami , menjadi intropeksi partai politik dalam menegakkan aturan partai, termasuk kekalahan sebagai warning jika partai pengusung APPI-Cicu yang di motori Golkar dan NasDem tak mampu meyakinkan masyarakat bila pasangan APPI-CICU mampu membawah perubahan di Kota Makassar.
Komentar