TROTOAR.ID — Ketua Pengurus Harian Tanfidziyah PBNU Robikin Emhas, angkat bicara perihal pembongkaran dua makam dan pemindahan jasad cuma karena beda pilihan pada calon legislatif di Kabupaten Bone Bolango , Provinsi Gorontalo.
Menurutnya tindakan yang menghebohkan tersebut sangat mengoyak rasa kemanusiaan, betapa tidak dana politik yang harusnya menjadi sara pemersatu.
“Betapa tidak, politik yang seharusnya menjadi sarana untuk meningkatkan harkat dan martabat kemanusiaan justru mematikan rasa kemanusiaan itu sendiri,” ujar Robikin dikutip Suara.com, Minggu kemarin.
Baca Juga :
Menurutnya, insiden yang terjadi Sabtu kemarinembuktikan jika politik cuma dapat dipahami sebagai sarana mendapatkan kekuasaan, meskipun itu memecah belah kehidupan sosial ditemgah-tengah masyarakat
Namun kesan untuk meraih kekuasaan dengan menghalalkan secara cara, meski guna meraih kejayaan dan kemenangan dalam berkompetisi politik itu akan dapat
“Sayangnya, kesan penghalalan segala cara dalam meraih kekuasaan politik tidak hanya terjadi dalam perebutan kursi legislatif sebagaimana kasus pemindahan jenazah ke kuburan lain yang terjadi di Gorontalo. Namun juga dalam Pilpres,” kata dia.
Dirinya juga menyayangkan jika Pemilu di Indonesia saat ini akan membuat hubungan kekerabatan pecah, persahabatan retak, tetangga dikategorikan sebagai lawan.
Oleh karena itu partai politik dan peserta pemilu juga harus berperan aktif dalam membatasi ruang gerak dan cara-cara tak lazim yang justru akan merusak tatanan demokrasi dan hal itu jelas sudah saat ya harus di hentikan.
“Kalau tidak dihentikan, hal seperti ini dapat merusak kohesivitas sosial dan harmoni masyarakat. Ujungnya, ketahanan sosial dan persatuan serta kesatuan bangsa menjadi taruhannya,” kata dia..
PBNU, kata dia, berharap peristiwa memilukan pemindahan kuburan akibat beda pilihan politik di Gorontalo menjadi satu-satunya kejadian dan tak terulang.
“Toh, politik adalah sarana pemanusiaan manusia,” kata dia (**)
Komentar