Oleh : Attock Suharto
Makassar, Trotoar.id – Kabar duka menyelimuti dunia aktivisme dan hukum di Sulawesi Selatan. Pagi ini, Selasa (28/1/2025), kabar wafatnya Mappinawang, yang akrab disapa Kak Mappi, menyebar luas di berbagai media sosial.
Ucapan belasungkawa membanjiri grup WhatsApp, menunjukkan betapa besarnya pengaruh dan peran almarhum dalam perjalanan hukum, HAM, dan demokrasi di Indonesia, khususnya di Sulawesi Selatan.
Aktivis dan Pejuang HAM Sejati
Bagi para aktivis mahasiswa era 1990-an, nama Mappinawang bukanlah sosok asing.
Ia dikenal sebagai aktivis yang sangat konsisten memperjuangkan hak asasi manusia dan demokrasi. Meski bukan tipe demonstran garis depan, ia adalah pemikir, mentor, dan pemimpin yang strategis.
Kariernya di dunia hukum dimulai sebagai Ketua LBH Ujung Pandang, kemudian berlanjut menjadi Koordinator Forum Informasi dan Komunikasi Organisasi Non-Pemerintah (FIK Ornop), hingga akhirnya dipercaya menjabat sebagai Ketua KPU Sulawesi Selatan.
Meski terpaut generasi, kami, para aktivis mahasiswa saat itu, merasa beruntung bisa banyak berinteraksi dengannya.
Ia bukan hanya seorang senior, tetapi juga guru yang selalu membuka ruang diskusi dan memberikan arahan.
Dalam banyak kesempatan, ia mengajarkan bagaimana seorang aktivis harus mampu menjadi penyambung aspirasi rakyat, membangun relasi yang sehat, dan menghadapi tantangan di lapangan.
Peran dalam KONI Sulawesi Selatan
Selain aktif di bidang hukum dan demokrasi, Mappinawang juga terlibat dalam pengelolaan olahraga di Sulawesi Selatan.
Pada tahun 2021, saat Musyawarah Olahraga Provinsi (Musorprov) KONI Sulsel digelar untuk memilih ketua baru menggantikan Ellong Tjandra, ia dipercaya sebagai Ketua Tim Penjaringan Calon Ketua Umum.
Dalam kapasitas itu, ia banyak berdiskusi dengan berbagai pihak, termasuk kami yang saat itu mengusulkan Yasir Mahmud, yang kala itu menjabat sebagai Direktur Perseroda Sulsel, sebagai kandidat.
Berkat bimbingan dan arahannya, proses pemilihan di KONI dapat berjalan dengan lancar dan demokratis.
Rutinitas di Warkop Phoenam dan Megazone
Di luar aktivitas resminya, Kak Mappi juga dikenal sebagai sosok yang akrab dengan budaya diskusi di warkop.
Rutinitas paginya dimulai di Warkop Phoenam Boulevard, tempat ia sering berbincang dengan teman-temannya sambil menikmati secangkir kopi sebelum menuju kantor di kawasan Topaz Raya.
Siang hari, setelah menunaikan salat Zuhur di Masjid Barakatul Ilham, Topaz, ia biasanya melanjutkan aktivitas di Warkop Megazone.
Di sana, ia menikmati kopi sambil bermain gaple (domino), baik sebagai lawan maupun teman.
Bagi banyak orang, warkop bukan sekadar tempat minum kopi, tetapi juga ruang berbagi ide dan pengalaman.
Kehadiran Mappinawang di kedua tempat ini menjadikannya figur sentral dalam berbagai diskusi, baik soal hukum, politik, hingga kehidupan sehari-hari.
Hari ini, Mappinawang telah pergi untuk selamanya. Namun, jejak kebaikan dan kontribusinya akan terus dikenang.
Ia tidak hanya dikenal sebagai advokat dan aktivis, tetapi juga sebagai guru yang membimbing banyak generasi dalam memahami hukum, demokrasi, dan perjuangan hak asasi manusia.
Sabda Rasulullah SAW menyebutkan: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.”_ Mappinawang* adalah perwujudan dari pesan ini.
Dedikasi dan kontribusinya bagi masyarakat, baik sebagai advokat, ketua LBH, aktivis HAM, maupun Ketua KPU Sulsel, telah memberi manfaat besar bagi banyak orang.
Selamat jalan, Kak Mappi. Semoga amal baikmu menjadi penerang di perjalanan menuju keabadian. Al-Fatihah.
Komentar