Oleh: Sandi Darmawan
Penggiat kajian Budaya Postmodern Komunitas CHOROS
Trotoar.id, –Sejatinya seorang terpelajar kata pram, Harus adil dan jujur sejak dalam fikiran maupun perilaku.
Baca Juga :
Sejak dimulainya pembelajaran filsafat beberapa abad lalu oleh beberapa filsuf kuno seperti Thales, Anaximenes, Aristoteles, Plato hingga sampai filsafat posmodern. Tentunya kita menaruh harapan akan intelektulistas yang semakin berkembang kesegala arah dan penjuru.
Kebanaran yang sifatnya kompleks dan subyektif selalu menjadi bahan yang sexy dan menarik untuk dijadikan perdebatan secara argumentasi dan filosofis.
Dari materialisme, idealisme, empirisme, dan Intuisi selaku menjadi landasan yang terus dikeruk agar perdebatan kian renyah.
Sayangnya hampir ribuan eksampler buku tentang filsafat, di beberapa perpustakaan besar yang agung hanya menjadi pajangan semata.
Tak hanya di situ ribuan karya tulis ilmiah yang dikerjakan sebagai karya pembuktian akademik hanya berakhir ditimbangan untuk di jual kepada pengepul kertas dan bahan bekas.
Budaya “bentrok Peluru pengetahuan” yang seharusnya ramai diikuti oleh para pejuang mahasiswa, hanya menjadi ilusi yang mirip dengan utopis “Negara yang Sejahtera “.
Tak jarang kita temui di ruangan kuliah praktek feodal, masih terus diperagakan. Baim dosen maupun mahasiswanya.
Seperti memberi nilai yang bagus kepada mahasiswa yang rapi dan sopan, meski hanya diam tanpa acungan tangan saat kuliah tengah berlangsung.
Atau mahasiswa yang mengemis nilai kepada dosennya, agar dipermudah ia tak lupa memakai identitas yang serupa dengan dosennya.
Budaya ” curang” inilah yang kian membuat kita terpuruk dalam kemajuan intelektual. Membuat mereka yang tak punya relasi semakin tenggelam, yang punya relasi kian angkuh meski tak punya pengetahuan apapun, terutama kebenaran.
Parahnya lagi ada yang paham dengan kebenaran, namun hanya memperaktekkannya dalam ” Dunia ide ” semata yang memberikan kepuasan hampa.
Akhirnya percumalah mereka yang banyak baca buku, melakukan riset, dan pengabdian demi kemajuan berpengatahuan karena mereka harus tunduk pada sebuah budaya curang yang mematikan.
Sandi Darmawan
Penggiat kajian Budaya Postmodern Komunitas CHORO
Komentar